Senin, 12 Juni 2017

Temannya Kakak

Bismillahirrohmannirrohim..


Akhirnya bisa sampai di hari ke-10, walaupun terlambat, walaupun perjalanan masih panjang, setidaknya game level 1 ini bisa ibu selesaikan.

Baiklah kali ini ibu akan bercerita tentang kakak dan temannya. Setiap harinya, ibu mengajar di sebuah PAUD dekat rumah. Kakak, walaupun belum sekolah selalu ikut ibu ke sekolah. Bukan untuk sekolah tapi untuk ikut main. Alhamdulillah kakak anak yang mudah bergaul. Kakak bisa mudah nimbrung main bersama teman-teman lainnya di sekolah yang rata2 usianya diatas kakak. Tapi, kakak punya 1 teman yang paling dekat, anak ini seusia dengan kakak. Sama seperti kakak, anak inipun belum sekolah hanya sering ikut menemani kakak nya yang sekolah. Saking dekat nya, kakak selalu membicatakan anak ini, selalu rindu ingin bermain, selalu senang jika bertemu. Namun, persahabatan ini ga selalu berjalan mulus. Sama seperti persahabatan orang dewasa, kadang lengket kadang ada saja pertengkaran kecil. Begitupun kakak dan temannya ini. Hampir setiap hari ada saja gesekan-gesekan kecil diantara mereka ya walaupun anak-anak ini lebih cepat baikan dibanding orang dewasa. Awalnya hal ini ibu anggap wajar. Tapi lama-kelamaan ibu perhatikan anak ini lebih agresif menggunakan tangannya untuk memukul, sementara kakak bukan anak yang suka memukul. Jadilah kakak selalu jadi korban pukul si anak ini. Kakak adalah anak yg perasa, dia jarang sekali bahkan hampir tidak pernah memukul, daripada membalas memukul kakak malah menangis, disuruh membalas pun kakak ga mau. Ibu agak bingung bagaimana harus menyikapi masalah ini. Kadang suka gemes ya, anak sendiri jadi korban, trus kalau kakak nangis kesan nya kakak ini anak cengeng. Kadang suka agak kesel juga ke kakak, pengen bilang "udah donk kak jangan nangis gitu, malu-maluin aja". Tapi ya ga adil juga buat kakak, karena ibu paling tau gimana kakak. Haduuuh, pengen juga rasanya kasih pengumuman di spanduk "anak saya ga cengeng yaa.. Dia memang ga mau nyakitin orang hanya saja dia ga tau cara bales yang tepat". Tapi ya ga mungkin juga kan.. Hahaha...
Lalu, kalau kita menegur anak itu juga efeknya tidak akan terlalu besar jika dibandingkan dgn pengasuhan dari orang tua nya sendiri, bagaimana dia dididik di rumah.
Nah, satu-satunya cara yang bisa ibu lakukan adalah dengan bicara dari hari ke hati dengan kakak, bicara tentang baik buruk suatu perilaku yang terjadi pada dirinya oleh dirinya sendiri maupun orang lain sehingga kakak diajak berfikir apakah suatu perbuatan itu buruk atau baik lalu bagaimana menemukan solusinya. Sekali lagi, ini masih dalam proses, semoga ibu selalu istiqomah, berbicara dgn sadar dan waras untuk menggunakan intonasi suara ketika bicara dengan kakak. Semoga Allah memudahkan jalan ini.

#level1
#day10
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif
#ceritabundarafif