Selasa, 09 Februari 2010

HEBATNYA AKUNTAN ALLAH…


Keberadaan seorang akuntan merupakan hal sangat penting bagi sebuah perusahaan. Seorang akuntan akan memeriksa keadaan keuangan suatu perusahaan dan melaporkan hasil pemeriksaannya tersebut kepada pemilik perusahaan (owner). Seorang akuntan dituntut untuk memiliki sifat shidiq, amanah, fathonah & tabligh dimana ia harus memeriksa keadaan keuangan dengan teliti, tidak memanipulasi data, dan tentunya harus memiliki kemampuan untuk melakukannya serta harus melaporkan keadaan perusahaan dengan sebenar-benarnya tanpa ada yang disembunyikan, ditambah ataupun dikurangi.

Kawan-kawan di jurusan Akuntansi, saya yakin ada diantara kalian yang memiliki cita-cita sebagai Akuntan. Nah, ada baiknya kita belajar pada dua Akuntan yang sangat profesional yang tak diragukan lagi kemampuannya. Siapa mereka? Mereka adalah hamba Allah yang tak pernah ingkar, mereka adalah yang dalam keseharian menemani kita tanpa kenal lelah, tekun dan teliti melihat tingkah laku kita. Mereka adalah Malaikat Rakib dan Atid. Mereka lah akuntan Allah yang sangat canggih, malaikat yang menuliskan / menjurnal transaksi yang dilakukan manusia, yang menghasilkan buku / neraca yang nanti akan dilaporkan kepada kita (owner) di akhirat. Coba kita baca surat Al Infithar (82) ayat 10 – 12 berikut :

“Padahal sesungguhnya pada kamu ada malaikat yang memonitor pekerjaanmu (10). Yang mulia disisi Allah dan yang mencatat pekerjaanmu itu(11). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan(12).”

Laporan ini didukung bukti (evidence) dimana satu pun tidak akan ada transaksi yang dilupakan kehidupan sebesar zarrah seperti dilihat dari surat Al Zalzalah ayat 7 – 8 :

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.(7) dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.(8)”

Hasil laporan keuangan ini bisa kita dapatkan pada akhir periode kehidupan ini dan tak kan mungkin ada kekeliruan didalamnya sehingga bila diaudit pun, maka hasil laporan auditnya adalah wajar tanpa syarat. Dalam neraca amal, kita bisa mengetahui apakah aset amal kita sebanding dengan hutang dosa yang kita lakukan. Di dalam laporan laba/rugi pun kita dapat lebih jelas mengetahui apakah rugi atau laba yang kita dapat selama masa opersional kita didunia.

Berat memang tugas akuntan yang satu ini, tapi mereka tak pernah mengeluh, mencatat transaksi dengan sebenarnya, teliti, dan akurat dalam membuat laporan. Nah, bagi kawan-kawan calon akuntan, belajarlah dari dua malaikat ini agar kelak akan menjadi akuntan yang profesional. Jangan lupa, senantiasa meng-audit diri (muhasabah) agar dapat mengambil kebijakan tindakan agar para malaikat dapat melakukan jurnal penyesuaian atau jurnal penutup bagi akun-akun dosa kita sehingga aset amal kita bertambah dan laba pun di dapat.

Semoga coretan ini dapat bermanfaat sebagai bahan renungan diri..

(Fathiyyah Amany)

Rabu, 03 Februari 2010

Syukur

Bismillahirrohmannirrohim

Lama tak bercengkrama dengan kata-kata, kini kumulai untuk merajut kata menuangkan isi fikiran, memanjakan hati dengan mengeluarkan segala keluh kesahnya..

Apa kiranya yang ingin ku ungkap saat ini?
SYUKUR
Ya, rasa syukur yang tak kan habis ku ungkap sampai kapan pun.
Tak kan ada akhir episode untuk mengungkap rasa syukur.

Allah, betapa Engkau menyayangi ku dengan segala apa yang Kau beri untukku..
Mungkin tak bisa ku hitung seberapa besar limpahan Kasih Sayang Mu pada ku..
Udara yang ku hirup…
Keindahan pandangan alam yang ku nikmati..
Kemerduan suara alam yang ku dengar..
Kenikmatan beragam rasa yang ku kecap..
Keunikan segala benda yang ku raba...
Semua itu Kasih Sayang yang Engkau berikan pada ku...
Seringkali ku tak bersyukur atas udara yang kuhirup...
Seringkali ku memandang alam dengan keangkuhan…
Seringkali ku mendengar suara yang tak pantas ku dengar...
Seringkali ku makan apa yang Engkau larang…
Seringkali ku raba apa yang Engkau tak suka aku melakukannya…
Ampuni aku ya Allah…
Tak pandai aku bersyukur…
Betapapun yang telah ku lakukan, tak mungkin bisa menghabiskan kewajibanku untuk bersyukur pada Mu…
Namun aku yakin, Engkau Maha Pengampun…
Aku memohon ampunanMu karena lalai untuk bersyukur…
Semoga Engkau memperkenankan do’a ku, harap ku…
Dan jadikanlah aku termasuk dari hamba-hamba Mu yang senantiasa bersyukur atas Kasih sayang Mu…