Jumat, 02 Juni 2017

Diam ku untuk senyumku

Bismillahirrohmannirrohim...

Tantangan hari kedua ini sepertinya saya akan bercerita panjang jd saya memutuskan untuk menuliskannya di blog.

Tantangan tentang komunikasi produktif ini sepertinya PR besar bagi saya. Dengan latar belakang pendidikan rumah dari seorang ibu yang keras cukup mempengaruhi gaya saya dalam mendidik dan mengasuh kakak Rafif, anak pertama saya. Meskipun berbagai materi, artikel, buku atau apapun yg memberikan pemahaman tentang ilmu parenting, gaya komunikasi anak,dll, telah sy baca dan coba saya terapkan, tetap saja berbagai sikap yg tidak semestinya dilakukan kadang mengalir begitu saja. Tentu, jangan katakan hal ini sebagai masalah tapi katakanlah ini adalah tantangan yg harus saya taklukan.

Seperti hal nya hari ini dan mungkin beberapa hari lalu karena kejadian berulang. Kakak Rafif saat ini sedang dalam masa super aktif dan kritis. Banyak gerak seperti batre yang tak ada habisnya. Sering bertanya sampai Hal-hal yg sangat detil dan sering keukeuh terhadap pendapatnya sendiri kalo memang hal itu ga sesuai dgn yg dia tahu, dan suka punya ide jail yg kadang membuat tertawa kadang membuat kesal. Kondisi kakak yg aktif, kritis, suka keukeuh dan jail sangat disyukuri oleh saya dan suami. Karena kami menganggap bahwa jika anak aktif tanda nya sehat, jika anak kritis maka kemampuan otak nya berkembang, jika dia keukeuh maka dia memiliki bekal utk menjadi pribadi yg teguh pendiriannya tak mudah goyah dan jika dia jail maka dia memiliki selera humor yg bagus yg mampu merangsang daya pikirnya. Namun, bagaimana jika semua hal itu terjadi berbarengan kemudian menimbulkan hal2 yg tidak diinginkan dan di saat yg sama saya dalam keadaan lelah. Tentunya jalan pintas lah yg saya ambil utk meredam itu semua. Meninggikan intonasi suara, memasang wajah garang nan bertanduk sambil mengeluarkan berbagai kalimat tidak produktif. Berhasilkah? Ya untuk saat itu namun tidak mampu menyelesaikan akar masalah. Hal itu akan kembali terulang. Dan hari ini kakak kembali berulah, ingin rasanya mengomel ga karuan tapi logika ternyata masih bisa berfikir. Saya menarik nafas dalam-dalam sambil memproduksi berbagai kalimat positif disertai intonasi suara dan wajah yg ramah, namun pada saat dimana kalimat positif sulit utk muncul maka diam adalah senjata saya utk menghadapinya. Saya diamkan kakak, saya mencoba untuk menghindarinya, mengambil waktu sendiri utk beberapa saat sampai saya benar-benar bisa mengendalikan diri saya dan bisa memproduksi kalimat positif. Dan alhamdulillah, dengan cara "mendiamkan" ini cukup efektif utk kondisi hari ini. Saya bisa mengambil jeda utk tetap berfikir jernih dan ternyata kakak pun merasakan hal yg sama, setelah dia menyadari bahwa dia "didiamkan" oleh saya, dia sendiri yg mulai menyadari serta mengakui kesalahannya dan mengajak "berdamai" ala bocah yg pastinya membuat saya tersenyum menyambutnya Sehingga intonasi suara yg lembut serta wajah yg ramah mampu saya tampilkan dihadapannya dengan mengalir tanpa perlu dibuat-buat ataupun dipaksakan.

Ya, hal ini tak mudah memang. Hari ini bisa terlewati namun tantangan dihari berikutnya telah menanti dengan berbagai kejutan-kejutan lainnya. Dan senjata utama untuk menghadapinya hanyalah rangkaian do'a, semoga Allah memudahkan dan memampukan saya utk menghadapi tantangan-tantangan pengasuhan & pendidikan anak-anak saya sekarang ataupun nanti. Aamiin..

#level1
#day2
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif
#ceritabundarafif