Senin, 12 Juni 2017

Temannya Kakak

Bismillahirrohmannirrohim..


Akhirnya bisa sampai di hari ke-10, walaupun terlambat, walaupun perjalanan masih panjang, setidaknya game level 1 ini bisa ibu selesaikan.

Baiklah kali ini ibu akan bercerita tentang kakak dan temannya. Setiap harinya, ibu mengajar di sebuah PAUD dekat rumah. Kakak, walaupun belum sekolah selalu ikut ibu ke sekolah. Bukan untuk sekolah tapi untuk ikut main. Alhamdulillah kakak anak yang mudah bergaul. Kakak bisa mudah nimbrung main bersama teman-teman lainnya di sekolah yang rata2 usianya diatas kakak. Tapi, kakak punya 1 teman yang paling dekat, anak ini seusia dengan kakak. Sama seperti kakak, anak inipun belum sekolah hanya sering ikut menemani kakak nya yang sekolah. Saking dekat nya, kakak selalu membicatakan anak ini, selalu rindu ingin bermain, selalu senang jika bertemu. Namun, persahabatan ini ga selalu berjalan mulus. Sama seperti persahabatan orang dewasa, kadang lengket kadang ada saja pertengkaran kecil. Begitupun kakak dan temannya ini. Hampir setiap hari ada saja gesekan-gesekan kecil diantara mereka ya walaupun anak-anak ini lebih cepat baikan dibanding orang dewasa. Awalnya hal ini ibu anggap wajar. Tapi lama-kelamaan ibu perhatikan anak ini lebih agresif menggunakan tangannya untuk memukul, sementara kakak bukan anak yang suka memukul. Jadilah kakak selalu jadi korban pukul si anak ini. Kakak adalah anak yg perasa, dia jarang sekali bahkan hampir tidak pernah memukul, daripada membalas memukul kakak malah menangis, disuruh membalas pun kakak ga mau. Ibu agak bingung bagaimana harus menyikapi masalah ini. Kadang suka gemes ya, anak sendiri jadi korban, trus kalau kakak nangis kesan nya kakak ini anak cengeng. Kadang suka agak kesel juga ke kakak, pengen bilang "udah donk kak jangan nangis gitu, malu-maluin aja". Tapi ya ga adil juga buat kakak, karena ibu paling tau gimana kakak. Haduuuh, pengen juga rasanya kasih pengumuman di spanduk "anak saya ga cengeng yaa.. Dia memang ga mau nyakitin orang hanya saja dia ga tau cara bales yang tepat". Tapi ya ga mungkin juga kan.. Hahaha...
Lalu, kalau kita menegur anak itu juga efeknya tidak akan terlalu besar jika dibandingkan dgn pengasuhan dari orang tua nya sendiri, bagaimana dia dididik di rumah.
Nah, satu-satunya cara yang bisa ibu lakukan adalah dengan bicara dari hari ke hati dengan kakak, bicara tentang baik buruk suatu perilaku yang terjadi pada dirinya oleh dirinya sendiri maupun orang lain sehingga kakak diajak berfikir apakah suatu perbuatan itu buruk atau baik lalu bagaimana menemukan solusinya. Sekali lagi, ini masih dalam proses, semoga ibu selalu istiqomah, berbicara dgn sadar dan waras untuk menggunakan intonasi suara ketika bicara dengan kakak. Semoga Allah memudahkan jalan ini.

#level1
#day10
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif
#ceritabundarafif

Minggu, 11 Juni 2017

Sebuah Proses yg Masih Berlanjut

Bismillahirrohmannirrohim..

Rencana ibu ketika mendapat tantangan 10 hari bercerita ini adalah ibu bisa menyelesaikannya tepat waktu. Tapi apalah daya sekarang sudah hari ke 11 dan ibu baru mengerjakan #day9.  Sedih rasanya, beberapa hari terakhir ibu sakit dan memang banyak hal yg harus diselesaikan dalam waktu yg bersamaan. Ya sudahlah, yg terpenting sekarang ibu mau berusaha menuntaskannya dulu.

Baiklah, kali ini ibu akan bercerita suatu kejadian ketika berbuka shaum. Seperti biasa, kakak yg walaupun blm shaum selalu antusias untuk ikut buka shaum bersama. Biasanya ibu buat es jelly susu, campuran jelly, nata de coco, buah-buahan dan susu cair untuk buka shaum. Dan itu adalah menu favorit kakak Rafif. Kakak selalu ingin makan es jelly nya sendiri. Sesendok-sesendok kakak menyendokkan nata de coco ke dalam mulutnya, namun terkadang ketika kakak makan, air dari es jelly tersebut menetes-netes ke lantai. Beberapa kali ibu katakan bahwa kakak harus lebih hati-hati, namun kakak masih saja dengan gaya cueknya tidak mau mendengarkan ibu. Sampai pd akhir nya gelas yg dipegang tersenggol dan es jelly di dalamnya tumpah. Melihat hal itu tentu rasanya ingin langsung teriak. Tapi alhamdulillah, mungkin masih dalam waktu berbuka, waktu dimana segala doa diijabah, sehingga Allah bisa menahan ibu untuk tidak berteriak. Ibu langsung mengambil lap ke dapur tapi sambil diam. Ya, ibu rasa diam masih jalan terbaik untuk meredam emosi dari pada ngamuk2 ngomel2.
Tapi, ketika ibu cb mengepel lantai yg basah dan lengket karena tumpahan air s jelly, kakak malah main2 diatas tumpahan air.. Huwaaaa... Rasanya macem2 deh. Tapi ya td itu, ibu hrs konsisten untuk tetap tenang menyikapi nya. Setelah semua selesai, kakak pun ganti baju, baru ibu & ayah cb ngobrol baik2 sama kakak. Walaupun respon kakak hanya diam ngangguk2, ibu yakin kakak bisa mengerti dan bisa lebih baik lagi kedepannya.

Alhamdulillah sekarang jado lebih terasa. Adanya tantangan ini jadi rem buat ibu kalo ibu mau emosi, bicara dengan nada tinggi atau marah-marah ga jelas. Ibu jg masih belajar untuk tetap tenang. Semoga Allah memudahkan proses ini.

#level1
#day9
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif
#ceritabundarafif

Jumat, 09 Juni 2017

Asisten Ibu

Bismillahirrohmannirrohim..

Kemarin ibu coba utk membuat cookies. Bukan utk lebaran tapi emang ibu lagi coba2 aja. Seperti biasa kalau ibu mau buat kue seperti ini kakak pasti ingin ikut ambil bagian dengan bilang "kakak mau bantu bu". Alhamdulillah ibu seneng dengan keterlibatan kakak pd kegiatan ini. Kakak bisa sambil belajar banyak dr kegiatan ini. Tapi, ada satu hal yg suka kakak lakukan yg sebenarnya sudah ibu bilang baik-baik kalau hal itu lebih baik tidak dilakukan. Hal itu adalah mencoel adonan yg belum makan dan memakannya. Kerasa sih dulu sm ibu sendiri, kalo coel-coel adonan itu emang asyik. Namanya jg anak-anak. Tapi ya kalo keterusan jg kan ga baik, lha kan msh blm mateng msh jd adonan. Kadang kakak udah dibilangin baik-baik masih aja coel-coel. Jd pengen pake cara pintas kan jadi nya (bilangin pake nada tinggi). Haduuuh tapi kan lagi latihan biar ga marah-marah. Akhirnya adonan harus segera dieksekusi sambil masih terus ibu bilangin baik-baik ke kakak kalo adonan ini ga bisa dimakan karena masih mentah. Ya, walopun masih coel-coel colongan setidaknya agak berkurang coel-coelnya. Semoga ibu bisa lebih sabar lagi ya Kak...

#level1
#day8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif
#ceritabundarafif

Kamis, 08 Juni 2017

Si Penanya Jail

Bismillahirrohmannirrohim..

Sudah beberapa hari ini ibu sakit. Agak kurang konsentrasi jadinya. Banyak PR di bulan ramadhan ini yg agak terhambat. Tapi PR ini harus diselesailan segera walau jadi rapel2 terus, salah satunya adalah rapel tugas tantangan 10 hari ini.

Apa yg mau ibu ceritakan kali ini? Masih seputar anak sholeh kesayangan, kakak Rafif. Dalam beberapa tulisan lalu, ibu pernah ceritakan kalau kakak itu jail. Nah, salah satu jail nya kakak itu adalah suka nanya hal-hal yg sebenarnya dia sudah tau jawabannya. Untuk apa dia bertanya lagi? Ada 2 alasan kenapa kakak suka menanyakan hal-hal yang dia sudah tau. Pertama, biasanya kakak bertanya untuk memastikan. Kedua, nah ini yang kadang suka bikin ibu agak kesel. Kakak bertanya cuma iseng, buat ngetes ibu aja dan buat jail-jailan. Sudah bisa ketauan kalo kakak nanya lagi jail ekspresi wajah nya sambil senyum-senyum gemes. Trus kalo nanya ga cukup sekali walau sudah dijawab. Misal, "Bu, kok baju nya dicuci?" nanya sambil senyam senyum manja, padahal kakak sudah faham kalau baju dicuci karena kotor. Ibu tanya balik deh sambil santai, "kenapa coba dicuci?" dan kakak jawab, "aah ga taaauuuu, kan ibu yang jawab". Ya sudah ibu jawab baik2, "bajunya dicuci karena kotor, jd harus dicuci biar bersih bisa dipake lagi." kakak langsung pergi sambil ketawa ketiwi dan datang lagi bertanya hal yang sama sambil senyam senyum lagi. Dan hal ini bisa terjadi sepanjang ibu cuci baju. Kebayang kan dengan kondisi cucian yang banyak berapa kali ibu mesti jawab pertanyaan yang sama. Pengen rasanya bilang, "udah donk kak nanya nya, kan udah ibu jawab berkali-kali" dan seketika tanduk ibu muncul dari atas kepala 😈 seperti yg pernah terjadi beberapa waktu lalu. Tapi ya serem juga kalo kayak gitu😁. Kali ini ibu coba lebih kalem santai jawab pertanyaan-pertanyaan kakak dan kalo memang ibu rasa cukup, ibu akan diam ga jawab pertanyaan kakak yg akhirnya kakak sendiri yg bosan.

Entahlah alasan apa yg mendasari kakak jail kayak begitu. Tapi mungkin kakak ga mau ibu cuekin waktu ibu mengerjakan kerjaan yg lain. Yaaa semoga ibu bisa tetap berfikir jernih utk menyikapi berbagai tingkah kakak. Semoga intonasi suara ibu bs tetap dikendalikan dan semoga ga keluar tanduk terus.. πŸ˜‚

#level1
#day7
#kuliahbunsayiip
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#ceritabundarafif

Selasa, 06 Juni 2017

Sabar donk Kak!

Bismillahirrohmannirrohim..

Sampai di hari ke-6 walaupun sepertinya telat lagi. Karena satu dan lain hal akhirnya bs mengerjakan sekarang. Kemarin ibu mengajak kakak ke toko alat tulis karena ada beberapa barang yang mau ibu beli. Toko alat tulis ini ada di tempat yg cukup ramai, dekat juga dengan pasar. Kami pergi dari rumah siang hari sekitar jam 11 setelah ibu pulang mengajar. Sudah bisa diperkirakan di jam seperti itu kondisi cuaca panas dan suasana sangat ramai. Di perjalanan, belum sampai ke tujuan kakak sudah merengek-rengek ingin pulang. Kakak bilang mau minum haus. Kakak memang belum shaum, tp ibu selalu bilang kalau kakak mau makan atau minum harus di rumah atau ditempat tersembunyi, kasian orang yg sedang shaum kalo liat kakak. Kakak jg bisa malu kalo diliatin.

Akhirnya rengekan untuk minta minum reda. Tapi rengekan minta pulang terus dikumandangkan. Rasanya pengen gitu bilang "sabar donk kak" tapi dengan intonasi suara yang tinggi. Alhamdulillah ibu masih bisa mikir waras, masa iya ibu bilang ke kakak untuk sabar dengan intonasi suara yang ga sabar, kan ga sinkron. Akhirnya ibu coba negosiasi sm kakak. Ibu bilang ke kakak, "kalo kakak mau ikut ibu ke toko buku tanpa merengek, kita akan cepat sampai, cepat juga pulang lagi ke rumah. Ibu janji ga lama2 kalo udah dapet apa yg ibu mau kita langsung pulang naik angkot". Alhamdulillah kakak setuju. Dan ibu sesuai dengan janji, ga pake lama. Dan ternyata apa yg ibu cari ga ada di toko buku itu. Sebenarnya bisa aja ibu pergi ke toko lain buat cari apa yg ibu mau. Tapi ibu ingat, ibu bikin kesepakatan cuma utk ke toko buku yg itu. Kalo tiba2 ibu pergi ke toko lain pasti ga bisa diterima kakak. Akhirnya setelah dr toko tersebut ibu dan kakak pulang. Yaa walaupun dengan tangan kosong (ga dapat barang yg dimau) setidaknya ibu bisa belajar untuk tetap waras dan belajar sabar menghadapi kakak.

#level1
#day6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
#ceritabundarafif

Senin, 05 Juni 2017

Sepeda kesayangan

Bismillahirrohmannirrohim...

Tantangan 10 hari memasuki hari kelima dan ibu masih berusaha utk mengamalkan salah satu poin dalam komunikasi produktif yaitu, intonasi suara yg lembut dan wajah yg ramah. Bagaimana cerita ibu kali ini?

Kakak Rafif, yang menurut pengamatan ibu adalah anak dengan tipe kinestetik sudah tentu tidak bisa betah berlama-lama menyelesaikan suatu kegiatan yang minim gerak seperti halnya anak2 yg bisa duduk manis mengerjakan worksheet. Jadi, kakak mudah sekali bosan dgn aktifitas duduk manis dan bisa dengan segera melakukan aktifitas fisik. Salah satu aktifitas fisik yg jadi kegemaran kakak adalah bersepeda. Terkadang main sepeda ini suka lupa waktu. Kakak bisa tanpa bosan main sepeda kebut-kebutan dari pagi hingga siang hari. Nah, dalam kondisi sedang asyik inilah ibu seringkali kesulitan utk mengajak kakak melakukan aktifitas lain, misal diajak makan, diajak mandi atau diajak tidur siang. Beberapa kali ibu harus meninggikan suara utk memanggil kakak yg sedang asyik main sepeda di luar. Haduuuh rasanya malu juga, tp kadang kakak suka pura-pura ga denger, makin emosilah ibu kalau begitu. Sempat bingung utk ngasih batasan waktu kakak main sepeda ini karena kakak memang belum bisa baca jam (PR lagi kan buat ibu 😒). Nah salah satu yg jadi alat ibu utk membatasi waktu kakak main sepeda adalah dengan suara adzan. Sebelum kakak main sepeda, ibu dan kakak membuat kesepakatan kalau kakak dengar adzan dari masjid berarti main sepeda nya harus selesai dan harus segera shalat. Di lain waktu ibu dan kakak buat kesepakatan berapa putaran kakak boleh main sepeda karena kakak kalau main sepeda hanya muter-muter dr rumah trus ke rumah mbah trus ke rumah uwa nya balik lagi ke rumah. Biasanya kalo cuaca lagi kurang bagus sementara kakak keukeuh pengen main sepeda, ibu kasih kesempatan 2 kali putaran. Alhamdulillah dgn cara ini sudah bosa mengurangi teriakan-teriakan ibu, kakak jg bisa belajar menepati janji.

#level1
#day5
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif
#ceritabundarafif

Minggu, 04 Juni 2017

Anak dan Handphone

Bismillahirrohmannirrohim..
(Source from google)

Tantangan 10 hari di hari yg ke-4 ini tentang kakak yang suka pinjam handphone ibu. Di HP ibu memang ga ada aplikasi games atau aplikasi buat anak2 jd kakak memang pinjam hp bukan utk main games. Lha terus utk apa? Kakak pinjam hp ibu cuma utk liat video dia sendiri atau video keluarga. Ibu memang seneng bikin dokumentasi video di hp utk kegiatan kakak di rumah atau kegiatan keluarga. Sekali dua kali masih oke asal kakak memang sdh selesai dgn kegiatannya. Tapi akhir-akhir ini frekuensi minta pinjam hp malah semakin sering dan semakin lama padahal yg dilihat cuma muter-muter video aja dan yang bikin geregetan semakin susah juga utk berentinya. Beberapa kali kejadian ini membuat ibu emosi. Lagi-lagi intonasi suara jadi tinggi dan kakak juga sering marah-marah ga karuan. Inginnya ibu, ibu dan ayah punya jam khusus utk gadget biar jd contoh jg buat kakak kpn boleh liat hp kapan tidak boleh dan berapa lama waktunya. Jadi ketika di waktu no gadget, ibu pernah bilang "ini bukan waktunya pegang hp. Ibu juga ga pegang hp". Nah, Untuk ibu hal ini bisa dikondisikan. Tapi tidak utk ayah. Terkadang ketika ayah sudah di rumah masih saja hp nya dipandangi setelah bunyi tang ting tung. Iya bukan utk main games tapi karena selalu ada informasi mengenai pekerjaannya. Lalu kakak bilang, "itu ayah pegang hp" sambil terus merengek-rengek πŸ˜•
Bagaimana rasanya? Pengen deh bilangin pake suara keras, "itu kan beda, ayah itu lg ada kerjaan" tapi ya ga efektif jg. Kakak ga mau tau lah itu kerjaan apa bukan yg jelas mau nya dia pegang hp 😒

Sampai akhirnya ibu cb ngobrol baik2 efek2 negatif liat hp lama2. Kakak mau coba utk ngerti dan mau dikurangi utk waktu gadget nya yg hanya sekitar 5 menit per hari. Dan walaupun kadang habis pinjam punya ibu kakak masih jg pinjam punya ayah.

Proses ini ga mudah. Ibu msh terus berusaha utk tetap konsisten bicara baik-baik sama kakak supaya kakak ngerti tanpa harus emosi.

Semoga Allah memudahkannya..

#level1
#day4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
#ceritabundarafif

Sabtu, 03 Juni 2017

Tak Selamanya Bisa Reka Ulang

Bismillahirrohmannirrohim..

Tantangan hari ketiga tentang komunikasi produktif kali ini benar-benar tantangan. Di cerita sebelumnya, ibu pernah mengatakan kalau kakak itu anak nya suka keukeuh kalo mau apa-apa harus dilakukan saat itu juga. Seperti kejadian malam tadi. Sekitar jam setengah 9 malam kakak sudah minta utk masuk kamar dan baca do'a. Sudah jadi kebiasaan kakak semenjak bayi kalau sebelum tidur malam harus dibacakan beberapa surat pendek, ayat kursi, 3 ayat terakhir Albaqarah dan beberapa doa-doa yg diakhiri dgn do'a mau tidur lalu dilanjutkan dgn menyetel murottal di boneka hafidz nya sambil juga dipeluk atau diusap2 oleh ibu. Kegiatan sebelum tidur ini dilakukan sekitar 30 menit sampai kakak benar-benar tidur. Dan sekitar jam 9 malam, ibu keluar kamar karena mengira kakak sudah tidur dan ibu jg melihat ayah baru saja selesai memasukkan motor ke rumah dan mengunci pintu rumah. Mendengar suara pintu depan terkunci lalu melihat motor sudah masuk rumah, tiba2 kakak menangis dan berteriak "masukin motornya sama kakak!!", ternyata kakak belum tidur. Ya memang biasanya ayah suka memasukkan motor dr halaman dpn rumah ke dalam rumah dibawah jam 8 sambil kakak naik diatas motor dan jika motor sdh terlanjur dimasukkan tanpa kakak, maka akan dilakukan "reka ulang", ya ayah suka mengalah, mengeluarkan lagi motor nya dan memasukkannya lagi bersama dengan kakak. Hal ini bukan saja terjadi pada kasus motor, tapi juga hal lain. Tapi dari beberapa obrolan ibu dan ayah, menuruti keinginan kakak utk melakukan atau mengulang hal2 yang sebenarnya sudah terjadi dan tidak perlu dilakukan lagi bukanlah hal yang tepat. Kakak perlu memahami ada hal2 yg sudah terjadi yg tidak bisa diulang dan harus diterima dengan lapang dada walaupun itu adalah hal yg sepele.

Kembali pada kejadian tadi malam. Ibu dan ayah sepakat utk tidak mengalah (mengeluarkan motor lagi lalu memasukkannya lagi bersama dgn kakak). Aap yg terjadi? Kakak menangis kencang sekali sambil berteriak meminta utk mengulang memasukkan motor. Ibu sempat akan emosi, tapi ibu coba tarik nafas dalam, diam sebentar didalam kamar, berusaha utk tidak bicara dgn nada tinggi. Ayah yg menggendong kakak jg sempat sedikit emosi mendengar tangisan dan teriakan kakak. Akhirnya ibu coba gendong kakak, memberinya air putih utk minum agar kakak merasa sedikit tenang. Setelah beberapa saat ibu mulai membuka obrolan dengan kakak.
Ibu : "kakak mau ibu peluk"
Kakak : (mengangguk)
Ibu peluk kakak sampai kakak merasa sedikit tenang walopun masih terisak.
Ibu : "kakak sedih ya motornya udah dimasukkin?"
Kakak : "iya.. Kakak mau masukin motor" (masih sambil terisak)
Ibu : "tadi, ayah kira kakak sudah tidur jadi motornya ayah yg masukin."
Kakak : "kan mau keluarin lagi, masukin motornya sama kakak" (makin terisak)
Ibu : "kak, motornya kan sekarang sudah masuk, kakak bisa ngeluarin motor besok pagi & masukin nya lagi malem sebelum kakak tidur"
Kakak : "kakak mau sekarang" (nangis lagi)
Ibu : "kalo dikeluarin lagi trus dimasukin lagi kan kasian ayah kak, nanti ayah cape. Kakak kan sayang ayah"
Kakak : (diam sambil masih agak terisak)
Ibu : "oke gini deh kak, ibu sama ayah janji utk nanti lagi kalau mau masukin atau ngeluarin motor, ibu sm ayah mau ajak kakak dulu"
Kakak : masih diam lalu minta dipeluk

Ya, ibu rasa kakak bisa menerima kesepakatan ini sampai kakak tidur dipeluk ibu sambil dengerin cerita dari boneka hafidz nya.

Ah kakak, ayo kita sama-sama belajar ya kak.. Ibu sm ayah pun masih harus belajar utk mengelola emosi, tetap dengan intonasi suara yg lembut dan wajah yg ramah. Kita juga akan sama2 belajar utk bisa menerima apa saja yg sudah terjadi dgn lapang dada tanpa memaksa lagi utk mengulang hal2 yg sudah terjadi sesuai dgn keinginan kita. Karena kak, dalam hidup ini kelak kita akan menemukan hal-hal yg tidak akan sesuai dgn keinginan kita dan kita tak mampu utk mengubahnya.

#level1
#day3
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif
#ceritabundarafif

Jumat, 02 Juni 2017

Diam ku untuk senyumku

Bismillahirrohmannirrohim...

Tantangan hari kedua ini sepertinya saya akan bercerita panjang jd saya memutuskan untuk menuliskannya di blog.

Tantangan tentang komunikasi produktif ini sepertinya PR besar bagi saya. Dengan latar belakang pendidikan rumah dari seorang ibu yang keras cukup mempengaruhi gaya saya dalam mendidik dan mengasuh kakak Rafif, anak pertama saya. Meskipun berbagai materi, artikel, buku atau apapun yg memberikan pemahaman tentang ilmu parenting, gaya komunikasi anak,dll, telah sy baca dan coba saya terapkan, tetap saja berbagai sikap yg tidak semestinya dilakukan kadang mengalir begitu saja. Tentu, jangan katakan hal ini sebagai masalah tapi katakanlah ini adalah tantangan yg harus saya taklukan.

Seperti hal nya hari ini dan mungkin beberapa hari lalu karena kejadian berulang. Kakak Rafif saat ini sedang dalam masa super aktif dan kritis. Banyak gerak seperti batre yang tak ada habisnya. Sering bertanya sampai Hal-hal yg sangat detil dan sering keukeuh terhadap pendapatnya sendiri kalo memang hal itu ga sesuai dgn yg dia tahu, dan suka punya ide jail yg kadang membuat tertawa kadang membuat kesal. Kondisi kakak yg aktif, kritis, suka keukeuh dan jail sangat disyukuri oleh saya dan suami. Karena kami menganggap bahwa jika anak aktif tanda nya sehat, jika anak kritis maka kemampuan otak nya berkembang, jika dia keukeuh maka dia memiliki bekal utk menjadi pribadi yg teguh pendiriannya tak mudah goyah dan jika dia jail maka dia memiliki selera humor yg bagus yg mampu merangsang daya pikirnya. Namun, bagaimana jika semua hal itu terjadi berbarengan kemudian menimbulkan hal2 yg tidak diinginkan dan di saat yg sama saya dalam keadaan lelah. Tentunya jalan pintas lah yg saya ambil utk meredam itu semua. Meninggikan intonasi suara, memasang wajah garang nan bertanduk sambil mengeluarkan berbagai kalimat tidak produktif. Berhasilkah? Ya untuk saat itu namun tidak mampu menyelesaikan akar masalah. Hal itu akan kembali terulang. Dan hari ini kakak kembali berulah, ingin rasanya mengomel ga karuan tapi logika ternyata masih bisa berfikir. Saya menarik nafas dalam-dalam sambil memproduksi berbagai kalimat positif disertai intonasi suara dan wajah yg ramah, namun pada saat dimana kalimat positif sulit utk muncul maka diam adalah senjata saya utk menghadapinya. Saya diamkan kakak, saya mencoba untuk menghindarinya, mengambil waktu sendiri utk beberapa saat sampai saya benar-benar bisa mengendalikan diri saya dan bisa memproduksi kalimat positif. Dan alhamdulillah, dengan cara "mendiamkan" ini cukup efektif utk kondisi hari ini. Saya bisa mengambil jeda utk tetap berfikir jernih dan ternyata kakak pun merasakan hal yg sama, setelah dia menyadari bahwa dia "didiamkan" oleh saya, dia sendiri yg mulai menyadari serta mengakui kesalahannya dan mengajak "berdamai" ala bocah yg pastinya membuat saya tersenyum menyambutnya Sehingga intonasi suara yg lembut serta wajah yg ramah mampu saya tampilkan dihadapannya dengan mengalir tanpa perlu dibuat-buat ataupun dipaksakan.

Ya, hal ini tak mudah memang. Hari ini bisa terlewati namun tantangan dihari berikutnya telah menanti dengan berbagai kejutan-kejutan lainnya. Dan senjata utama untuk menghadapinya hanyalah rangkaian do'a, semoga Allah memudahkan dan memampukan saya utk menghadapi tantangan-tantangan pengasuhan & pendidikan anak-anak saya sekarang ataupun nanti. Aamiin..

#level1
#day2
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif
#ceritabundarafif