Bismillahirrohmannirrohim
Alhamdulillah akhirnya sampai pula di NHW #5. Dan sudah ketiga kali nya proses pembuatan maupun pengiriman NHW #5 saya mengalami keterlambatan. Rasanya beberapa pekan ini sy kesulitan untuk bisa menyelesaikannya dikarenakan beberapa hal tak terduga yang terjadi akhir-akhir ini. Semoga ibu kormin, ibu ketua kelas maupun ibu fasil bisa memakluminya..
Berbicara mengenai NHW #5, yaitu membuat design pembelajaran sendiri, rasanya agak membingungkan untuk saya harus memulai dari mana. Setelah mencari arti kata design pembelajaran melalui google, saya malah makin bingung, akhirnya setelah saya mengulang membaca materi kelima pekan ini, belajar caranya belajar, saya mencoba untuk menerjemahkan design pembelajaran untuk diri saya sendiri. Karena tidak ada aturan baku mengenai benar atau salah dalam pembuatan NHW #5 ini, maka menurut saya, design pembelajaran merupakan rancangan cara-cara yang akan digunakan untuk belajar, mempelajari ilmu yang sudah ditetapkan di awal ketika NHW#1 dengan disertai mengaitkannya dengan potensi yang saya miliki dan beberapa hal yang sudah tertuang dalam NHW-NHW berikutnya. Oleh karena itu, sdesign pembelajaran yang saya susun untuk diri saya sendiri maupun untuk anak saya didasarkan pada :
1. Ilmu yang ingin dipelajari
2. Potensi diri masing-masing
3. Gaya belajar
4. Dan pendukung-pendukung lainnya
Berikut ini merupakan uraian dari hal diatas :
1. Ilmu yang dipelajari
Mengingat NHW sebelumnya bahwa saya ingin mendalami tentang ilmu mengenal diri yang difokuskan dalam misi pesifik dalam bidang pendidikan anak usia dini, maka ilmu-ilmu pendukung haruslah dipelajari, yang antara lain adalah, ilmu bunda sayang, ilmu mengenai psikologi anak, ilmu bunda cekatan, serta ilmu bunda produktif yang kesemuanya akan dipelajari secara bertahap dalam komunitas ibu profesional ini. Selain darikomunitas ibu profesional, ilmu-ilmu ini akan saya dapatkan dari berbagai sumber literatur yang bisa saya dapatkan maupun dengan berdiskusi dengan beberapa orang yanhgdianggap ahli dalam bidang ilmu masing-masing.
2. Potensi yang dimiliki
Kemauan saya untuk terus belajar merupakan salah satu potensi yg saya miliki. Oleh karenanya, saya harus terus memupuk rasa ingin tau saya dengan terus belajar.
3. Gaya belajar
Saya termasuk dalam orang-orang yang lebih senang memanjakan mata dan pendengaran untuk bisa menangkap suatu informasi atau ilmu. Oleh karena nya, gaya belajar yang saya miliki adalah gaya audio visual dengan lebih dominan visualnya. Dengan membaca sesuatu, saya akan leboh mudah memahami sebuah informasi atau ilmu. Maka, saya akan lebih banyak membaca berbagai referensi untuk menunjang ilmu-ilmu yang sedang dan akan saya pelajari.
4. Pendukung lainnya
Keberadaan keluarga (suami dan anak) merupakan sebuah dukungan yang paling berharga untuk mencapai mosi spesifik hidup. Dengan adanya suami, saya mendapatkan partner diskusi yang baik, bersamanyalah saya bisa meluapkan apa saya yang menjadi kendala dalam perjalanan menuntaskan misi spesifik hidup dan berbago apapun mengenai berbagai ilmu yang ingin dan sudah dipelajari. Lalu, keberatldaan anak pun merupakan hal yang sangat penting. Dia lah guru kecil saya. Mengajarkan saya banyak hal yang tak bisa saya dapatkan dari mana pun. Oleh karena nya, saya akan terus menjaganya hingga dewasa, menjaga fitrah keimanan nya & fitrahnya sebagai pembelajar.
Demikian design pembelajaran yang saya rancang untuk dapat merealisasikan ilmu yang ingin dicapai untuk mencapai misi spesifik hidup. Semoga apa yang saya tulis mampu saya realisasikan dalam kehidupan ini. Dan apa yang saya tulis akan senantiasa saya perbarui sesuai dengan kebutuhan dan ilmu yang saya dapatkan.
Minggu, 26 Februari 2017
Minggu, 19 Februari 2017
Mendidik Dengan Kekuatan Fitrah
Bismillahirrohmannirrohim…
Alhamdulillah, akhirnya tiba juga NHW #4 ini. Perjalanan
yang tak mudah bagi saya menyelesaikan NHW #1 #2 dan #3. Banyak hal yang
sebenarnya ingin saya ungkapkan namun, saya memiliki keterbatasan tentang
bagaimana merangkai kata-kata. Saya sangat bersyukur mendapatkan materi-materi
dalam tahap matrikulasi ini. Semakin saya melihat dan mendalami materi yang
telah diberikan, semakin saya memahami alur hidup saya sendiri. Melihat kembali
catatan saya pada NHW #1, bahwa saya ingin mendalami ilmu mengenal diri, saya
merasa pas sekali dengan materi yang saya dapatkan di matrikulasi ini. Setiap
diri kita memiliki misi spesifik hidup yang sangat penting dalam membangun
peradaban. Misi spesifik ini akan kita ketahui ketika kita mampu mengenal diri
kita dengan sebenar-benarnya, mengetahui potensi yang kita miliki dan juga
menyadari peran kita dimuka bumi ini sebagai seorang ibu, seorang istri juga
seorang hamba. Dengan hal inilah, semakin menguatkan saya untuk terus
mempelajari ilmu dasar untuk mengenal diri, sehingga saya akan dapat mengatur
langkah untuk menjalankan misi spesifik dalam hidup saya.
Untuk dapat menjalankan misi spesifik dalam hidup saya,
diperlukan adanya indicator untuk mengukur target dan kemampuan saya dalam
menjalankannya. Dan indicator-indikator tersebut sudah saya tuangkan dalam NHW
#2. Selama kurang lebih 2 minggu saya mencoba untuk secara konsisten memenuhi
checklist indicator yang telah saya buat. Beberapa diantaranya telah dan akan
terus saya laksanakan dengan kendala yang cukup sedikit, namun beberapa lainnya
masih harus saya upayakan dengan sungguh-sungguh dan nampaknya checklist
indicator ini akan selalu ada perubahan disesuaikan dengan target-target yang
ingin saya capai. Alhamdulillah dengan adanya checklist indicator ini semakin
memicu saya untuk senantiasa memantaskan diri sebagai seorang ibu professional.
Mendalami kembali materi dan NHW #3, semakin terbayang bahwa
Allah SWT mentakdirkan saya sebagai seorang wanita dari keluarga yang seperti
ini, memberi saya pendamping hidup yang seperti ini, mengaruniakan saya anak
yang seperti ini dan menempatkan saya dalam lingkungan yang seperti ini, bukan
sebuah kebetulan, namun ada makna dalam dari takdir yang saya dapatkan.
Memiliki latar belakang keluarga yang kurang harmonis, menjadikan saya belajar
bahwa saya harus berupaya untuk memiliki keluarga yang harmonis. Memiliki suami
yang begitu pengertian, menguatkan saya untuk terus belajar senantiasa
memperbaiki kualitas diri. Memiliki anak yang luar biasa, menyadarkan saya arti
penting dari sebuah tanggung jawab. Tinggal di lingkungan yang baik, memahamkan
saya betapa pentingnya hubungan social antar manusia. Saya sangat bersyukur dan
senang dengan keadaan saya saat ini, dengan ilmu-ilmu yang telah saya dapatkan
saat ini, khususnya ilmu tentang bagaimana menjadi ibu professional, saya
berusaha untuk mengamalkannya untuk diri saya sendiri serta untuk mendidik anak
saya sendiri dan suatu ketika saya menyampaikan ilmu yang telah saya dapatkan
kepada orang lain, ada perasaan senang yang berbeda, ada rasa haru juga ketika
saya menyadari bahwa ilmu yang saya dapatkan bisa bermanfaat bagi orang lain
juga. Saya yang selama setahun terakhir ini turut serta dalam kegiatan
pendidikan anak usia dini dalam lingkungan formal, mulai merasakan suatu
perasaan berbinar ketika saya mengajar anak saya, ketika saya mengajar
anak-anak lain serta ketika saya berbincang dengan beberapa ibu muda lainnya
mengenai pendidikan dan pengasuhan anak. Maka saya mulai menyadari tentang
peran hidup saya dalam kehidupan ini adalah sebagai seorang guru. Seorang guru
yang bukan dalam wilayah formal saja, namun guru yang dengan semangatnya
memberikan pendidikan dan pengajaran bagi anaknya, bagi keluarganya dan bagi
lingkungannya. Guru yang senantiasa terus belajar memperkaya ilmu, meningkatkan
kualitas diri dan mengajar (mengamalkan) ilmu yang di peroleh. Dan saya akan
mengkhususkan diri untuk menjadi guru dalam pendidikan anak usia dini, dimana
saya merasa hal ini amatlah penting. Anak usia dini yang mana disebut pula masa
keemasan merupakan dasar pendidikan untuk bekalnya dimasa yang akan datang.
Secara sederhana saya merangkumkan bagaimana peran saya sbb :
- Misi Hidup : Memberikan pendidikan & pengajaran bagi anak usia dini (khususnya bagi anak saya sendiri, umumnya bagi anak didik saya), serta berbagi ilmu seputar parenting, pendidikan anak usia dini bagi para orang tua yang memiliki anak usia dini
- Bidang : Pendidikan anak usia dini
- Peran : Guru
Setelah saya merangkumkan 3 hal diatas, maka perlu kiranya
keberhasilan misi ini ditunjang dengan berbagai ilmu lain, yaitu :
1.
Bunda sayang : Melalui keikutsertaan dalam
komunitas ibu professional, maka perlu kiranya saya menguasai ilmu-ilmu seputar
pengasuhan anak yang telah dirangkum dalam bentuk materi pembelajaran secara bertahap
dalam komunitas ini
2.
Ilmu psikologi anak, ilmu parenting dari
berbagai sumber lain
3.
Ilmu pengelolaan kelas serta manajemen
pendidikan anak usia dini
4.
Bunda cekatan : melalui tahapan pembelajaran
dalam komunitas ibu professional ini pula, saya harus bisa menguasai ilmu
seputar pengelolaan diri dan manajemen rumah tangga
5.
Bunda produktif dan bunda shaleha : Dalam
pengembangan diri, saya pun harus mampu menggali ilmu seputar minat dan bakat
saya yang lain agar, kualitas dan kemampuan diri saya semakin berkembang dan
bisa lebih bermanfaat bagi lingkungan saya
Untuk menunjang keberhasilan
misi hidup saya, maka diperlukan pula milestone untuk memandu setiap perjalanan
saya. Saya yang saat ini berusia 27 tahun, dan saya memiliki target ketika usia
sudah berkepala 3, maka saya harus sudah menguasai ilmu-ilmu yang saya tuliskan
diatas hingga saya mampu melaksanakannya dengan mantap, benar dan
sungguh-sungguh.
Semoga apa yang saya tulis
tidak sekedar tulisan, namun semoga Allah SWT memampukan saya untuk bisa
merealisasikannya dalam hidup saya.
Minggu, 12 Februari 2017
Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah
Mendapat materi ketiga dalam kelas matrikulasi kali ini
benar-benar membuat saya “baper” apalagi disuguhi dengan NHW (Niece Homework) yang bikin deg-deg
seerr. Ya, materi ketiga nya adalah tentang bagaimana membangun peradaban dari
dalam rumah. Dengan tugas menjadikan keluarga tak hanya sebagai penerus
keturunan, tapi menemukan peran spesifik dari masing-masing anggota keluarga
untuk menjalani kehidupannya di muka bumi ini. Untuk mengetahui peran spesifik
ini serta untuk membangun peradaban dari dalam rumah, kita harus terlebih
dahulu memulainya dari dalam diri, dengan menemukan potensi unik diri kita
sendiri, menjalin kekompakan dengan suami, mendukung & mengembangkan
potensi anak dan memanfaatkan lingkungan pendukung.
Padamu ku jatuh cinta
Dalam membangun peradaban keluarga, maka peran seorang suami
menjadi suatu hal yang penting. Seorang suami lah yang menjadi imam, menjadi
nakhoda dalam perjalanan rumah tangga. Maka, memilih imam yang baik ketika
sebelum menikah adalah keharusan dan membina kekompakan untuk terus memperbaiki
diri bersama demi terwujudnya keluarga bahagia ketika setelah menikah juga
keharusan.
Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, tak selamanya
berjalan dengan tenang, gelombang sering kali menghampiri. Dan cara untuk
meredakan gelombang itu adalah dengan jatuh cinta kembali padanya agar
genggaman tangan tak terlepas, agar senantiasa diingatkan dengan arah tujuan
pernikahan, agar kekompakan dalam proses pengasuhan anak senantiasa terjaga. Lantas,
bagaimana cara untuk jatuh cinta lagi? Yaitu, dengan mengingat-ingat kembali
saat kami berdua bertemu, mengingat kembali kenapa saya menerima lamarannya,
kenapa saya menganggap ia layak sebagai imam dalam hidup saya dan ayah bagi
anak-anak saya. Teringat saat saya bertemu dengannya di kali pertama, tak
pernah sedikitpun terbayang oleh saya bahwa dialah yang akan menjadi suami saya.
Allah menuntun saya dalam istkharah-istikharah yang saya lakukan untuk
memutuskan sebuah keputusan besar dalam hidup saya.
Pada 10 Februari 2013, sebuah akad terjalin, sebuah janji
terucap, dia yang saya pilih telah sah menjadi imam dalam hidup saya. Dan, pada
hari Jum’at lalu, tepat 4 tahun sudah kami mengarungi bahtera rumah tangga,
merajut tali kasih, membangun keluarga bahagia.
Jum’at pagi itu, saya membuat surat cinta sebagai hadiah
pernikahan kami. Untaian terima kasih kepadanya yang sudah lelah berjuang
mencari nafkah untuk keluarga, berjuang menjadi sosok ayah terbaik bagi anaknya
dan berjuang membimbing istrinya agar seantiasa dalam jalanNya. Untaian kata
cinta pun saya ungkapkan dalam sebuah surat panjang yang saya selipkan di dalam
tas kerjanya, berharap ia membacanya setiba di kantor. Benar saja, ia membaca
surat saya setibanya di kantor. Langsung setelah ia membaca surat saya, ia
mengirimi saya pesan menyatakan rasa sayangnya kepada saya. Terharu menerima
pengakuannya, tak terasa mata saya pun mulai berkaca-kaca. Sore tiba, suami
saya pun tiba di rumah. Dengan masih merasa kelelahan, ia menghampiri saya,
mengatakan kebahagiaannya setelah ia membaca surat saya dan ia juga mengatakan
bahwa ia menangis bahagia ketika membaca surat saya. Bahkan ia mengatakan, ia
menunjukkan surat saya kepada teman kantornya dan memberitahu temannya, betapa
bahagia ia menerima surat saya. Bagaimana dengan saya? Ya, sambil tersenyum
menahan tangis bahagia karena malu, mata saya pun berkaca-kaca. Saya pun
bahagia. Berkali-kali saya bersyukur kepada Allah yang telah mengaruniakan
suami yang begitu mengerti saya, begitu menyayangi saya, begitu memahami apa
yang saya inginkan dalam menentukan arah dan tujuan rumah tangga kami dan ia
yang mampu menjadi sosok ayah yang sebenarnya bagi anak saya.
Lalu sekarang, setelah saya memiliki suami yang begitu
memahami saya, tinggallah kami menyusun rencana, menentukan langkah masa depan
untuk mendidik anak-anak dengan sebaik-baiknya dan untuk membangun peradaban
dari dalam rumah.
Anakku, Mutiaraku
Selama 4 tahun pernikahan kami, hal yang sangat kami syukuri
adalah amanah besar yg Allah karuniakan kepada kami, yaitu seorang putra yang
kini berusia 3 tahun. Rafif Arkan Alfatih, kami memberikannya nama. Memiliki
arti orang yg berakhlaq baik lagi kuat seperti Muhammad Alfatih, pahlawan
pembela agama Allah. Di usianya yg masih balita, kakak, panggilan saya terhadap
anak saya, sudah menjadi guru sekaligus alarm bagi saya. Bersamanyalah saya
belajar banyak hal dan saya sering kali diingatkan tentang berbagai hal. Masa
balitanya ini disebut juga masa golden age, masa keemasan dimana otaknya
seperti sebuah spons, ia akan menyerap banyak hal dari apa yang ia lihat dan ia
dengar dengan tidak menyaringnya dahulu. Dari hal inilah, saya beserta suami
senantiasa berusaha untuk menjaga lisan kami ketika berucap dan menjaga tingkah
laku kami. Kakak adalah anak yang periang, memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, jika ia sudah mengetahui suatu hal maka ia akan tetap kuat pendiriannya
dari apa yang ia tahu (keukeuh). Kakak juga merupakan anak yang penuh
inisiatif, terkadang ia mampu melakukan apa yang bahkan tidak saya pikirkan dan
itu menakjubkan. Dan ia juga adalah sang peniru ulung. Apa yang pernah kita katakana
atau lakukan, ia mampu menirunya dengan sangat baik. Maka, hal ini lah yang
mampu menjadi alarm bagi kami orang tuanya, bahwa kami harus senantiasa menjadi
teladan baginya, karena ia bisa meneladani apa yang kami lakukan dengan sangat
baik. Seiring dengan pertambahan usianya kelak, semoga Allah memudahkan kami
sebagai orang tuanya dalam menuntunnya menemukan dan mengasah potensi besar
yang ia miliki serta menjaga fitrah baik yang Allah beri. Seperti sebuah
mutiara di dasar lautan, kelak ia akan bersinar setelah ia tumbuh dan
terpelihara di dalam karang.
Syukurku
Memiliki suami yang penuh pengertian, memiliki seorang anak
yang luar biasa adalah hal yang sangat saya syukuri. Beberapa luka masa lalu
yang saya dapatkan seolah telah pulih terobati dengan hadirnya suami dalam
kehidupan saya. Inilah kasih sayang yang Allah beri untuk saya. Masa kecil dan
masa remaja merupakan masa sulit bagi saya, dimana para remaja lain tengah
asyik menikmati dunianya, saya pun menikmati dunia remaja saya walau terasa
perih. Dan pada saat saya kehilangan orang-orang yang saya cintai, ibu, uwa,
dan guru yang paling saya sayangi, yang semuanya telah Allah panggil, maka
Allah dengan segera mengganti kesemuanya itu dengan hadirnya suami tercinta,
juga dengan keluarga baru (mertua) yang begitu menyayangi saya seperti anaknya
sendiri. Dari sini lah saya bisa belajar menghargai apa yang saya miliki saat
ini dan dari sini pula saya belajar untuk mengenal diri saya, perlahan-lahan
belajar menemukan potensi yang saya miliki untuk membangun keluarga impian
saya, membangun keluarga barokah, membangun peradaban mulia dalam keluarga,
karena saya pernah mengalami memiliki keluarga yang tidak sempurna, maka sebisa
mungkin saya ingin jadi lebih baik dari apa yang sudah saya lewati di masa
lalu.
Rumahku, Surgaku
Membangun peradaban dalam keluarga sama halnya dengan
membangun surga dalam keluarga. Hal ini tak lepas dari dukungan dari factor lingkungan.
Lagi-lagi saya sangat bersyukur Allah menakdirkan saya dan keluarga tinggal di
sebuah kota kecil, cukup jauh dari ibu kota yang katanya kejam. Di kota kecil
inilah kami mampu bertahan, membangun keluarga impian, membangun surga di dalam
rumah. Saya pun bersyukur, kami tinggal tidak jauh dari masjid sebagai tempat
bagi kami belajar, mendekatkan diri kepada Allah. Saya pun kembali bersyukur,
kami berada di tengah-tengah masyarakat yang masih peduli satu sama lain, yang
masih menggenggam rasa kebersamaan dan gotong royong dimana terdengar kabar
bahwa di kota besar, masyarakatnya dikenal lebih individualis dan cenderung
egois. Semoga dengan lingkungan yang sangat mendukung ini, kami mampu
mewujudkan apa yang kami inginkan, membangun surga dari dalam rumah, membangun
peradaban dalam keluarga.
Jumat, 03 Februari 2017
NHW #2 Pengingat Diri
Menjadi ibu professional kebanggaan keluarga adalah sebuah
impian bagi setiap ibu. Mampu mengurus keluarga dengan baik, mendidik anak-anak
dengan baik, mengelola manajemen keluarga dengan baik serta mampu memegang
peranan dalam masyarakat merupakan indicator keberhasilan seorang ibu
professional. Dalam materi pekan kedua ini pemikiran saya benar-benar terbuka.
Bahwa untuk menjadi seorang ibu professional harus menjalani beberapa tahapan
secara berkesinambungan, tak bisa dipisahkan ataupun tak bisa dilompati antara
satu tahapan dengan tahapan berikutnya karena jika ada yang terlewati maka akan
terjadi ketimpangan satu sama lain.
Untuk menjalani tahapan-tahapan tersebut, peranan suami,
anak-anak serta lingkungan pun memiliki arti yang penting. Dukungan dari suami
adalah salah satu yang sangat penting bagi saya, mengingat anak saya baru satu
dan baru berumur 3 tahun dan belum bisa diajak tukar pikiran.
Teringat saat
saya mengatakan bahwa saya ingin bergabung dengan komunitas ibu professional
ini, suami saya memberikan dukungan dan
semangat untuk saya agar bisa mengembangkan diri, menambah wawasan yang
tentunya untuk diaplikasikan dalam keluarga. Dan ketika saya menerima materi
kedua dari matrikulasi ini, saya pun membagi apa yang saya dapatkan kepada
suami saya untuk didiskusikan bersama. Kemudian tibalah saat saya membagi Nice
Home Work #2. Dalam obrolan kami,
“Yah, ibu dapet tugas bikin checklist indicator
profesionalisme perempuan, nih yah” kata saya sambil memberikan NHW #2
“Yah, ibu mesti gimana ya biar ayah bahagia?”
Sambil tersenyum, ia menjawab, “ayah mah udah bahagia kok
sama ibu”
“iiiih ayah mah, seriuuus” kata saya.
“iya ayah serius, da apa lagi atuh?” masih sambil senyum.
Dengernya saya berkaca-kaca hampir nangis terharu. Ga tau
kenapa saya tiba-tiba begitu, rasanya gimanaa gitu, ga bisa dilukiskan dengan
kata-kata. Ya, mungkin saya nya juga yang jadi baper, hehe..
Sambil menenangkan perasaan, saya coba senyum agak ketawa
ketiwi, “ibu juga bahagia sama ayah sekarang. Tapi yah, ayah mau ibu gimana
gitu? Maksudnya ibu harus gimana biar ibu bisa lebih baik lagi, apa yang kurang
gitu”
Sambil senyum-senyum, “iya atuh, ibu teh harus lebih rajin
beberes”
Waw… hahaha… sebenernya ini jawaban yang sudah saya
pikirkan. Malu sendiri akhirnya, hihihi…
Dari awal pernikahan kami, sudah terjalin komitmen dan
kesepakatan tidak tertulis bahwa kami akan saling menerima apapun kelebihan dan
kekurangan yang kami miliki. Dan selama ini suami saya tidak pernah sekalipun complain.
Dalam keseharian saya, saya suka sekali memasak, suka
membuat kue dan suka sekali menemani anak bermain. Satu hal yang memang kurang
dari saya adalah, saya kurang begitu detil dalam hal merapikan rumah sementara
suami saya sebenarnya adalah orang yang begitu detil dalam hal kerapihan.
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk menjadi ibu professional
adalah dengan terus memperbaiki diri dan menerima segala masukan yang diberikan
oleh orang-orang terdekat, terutama suami. Dan dikarenakan kalimat yang
dikeluarkan suami hanyalah “rajin beberes” maka saya akan menguraikan kata “rajin
beberes” ini kedalam beberapa hal untuk membuat checklist indicator perempuan professional,
yaitu :
- Sebagai Individu
No.
|
Rajin Beberes untuk :
|
Rincian
|
Target & Upaya
|
1.
|
Beres untuk hubungan diri dengan Allah SWT
|
-
Bersegera dalam hal ibadah wajib
-
Berusaha menjalankan ibadah sunnah
-
Berusaha menuntaskan hafalan AlQuran
|
-
Melaksanakan ibadah wajib tepat waktu setiap
hari
-
Mampu melaksanakan shalat tahajud maupun dhuha
minimal 3 kali seminggu
-
Menuntaskan program one day one ayat
|
2.
|
Beres untuk hubungan antar manusia
|
Menjalin silaturahim dan komunikasi yang baik dengan
keluarga, kerabat, tetangga, dan teman.
|
Melakukan kunjungan seminggu sekali untuk mempererat
silaturahim
|
- Sebagai Istri
No.
|
Rajin Beberes untuk :
|
Rincian
|
Target & Upaya
|
1.
|
Kerapihan rumah
|
Menampilkan kondisi rumah yang rapi, bersih dan tertata
|
Berusaha untuk selalu membersihkan dan merapikan rumah
setiap hari
|
2.
|
Beres untuk urusan dapur
|
Mampu menyajikan hidangan yang sehat, enak dan disukai
|
Mencari berbagai resep pilihan dari internet dan langsung
mempraktekan di rumah
|
3.
|
Beres dalam hal komunikasi
|
Membuka diskusi harian, saling mendengar, saling bicara
mengenai kejadian yang dialami, saling memberi masukan dan saling memahami.
|
Melakukan obrolan ringan setiap hari sebelum tidur minimal
5 menit
|
- Sebagai Ibu
No.
|
Rajin Beberes untuk :
|
Rincian
|
Target & Upaya
|
1.
|
Beres untuk memahami anak
|
-
Menggali ilmu parenting
-
Mempererat bonding antar ibu dan anak
|
-
Bergabung dengan komunitas parenting
-
Membaca berbagai buku parenting
-
Browsing mengenai parenting
-
Selalu menemani anak ketika bermain
-
Menyusun kegiatan bermain harian anak yang
terjadwal setiap hari
|
2.
|
Beres dalam hal tumbuh kembang anak
|
Memastikan bahwa anak sudah tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tahapan usianya
|
-
Selalu mengukur tinggi dan berat badan anak
sebulan sekali
-
Memberikan asupan makanan dengan gizi seimbang
setiap hari
-
Melakukan tes pra skrining tumbuh kembang
sesuai dengan tahapan usianya
|
Inilah tugas yang telah saya selesaikan untuk NHW #2 yang
sebenarnya bukan hanya untuk menggugurkan kewajiban tapi tugas ini adalah untuk
diri saya sendiri, sebagai pengingat, sebagai sarana bagi saya memperbaiki
kualitas diri. Saya sangat menyadari bahwa poin-poin indicator yang saya buat
akan selalu berubah seiring dengan perubahan kondisi keluarga dan kebutuhan
yang akan berbeda setiap waktu. Namun, poin-poin yang saya buat ini akan saya
jadikan acuan untuk bisa direalisasikan dan dikembangkan kedepannya.
Teringat akan sebuah pepatah, “tulis apa yang akan kamu
lakukan, dan lakukan apa yang telah kamu tulis”. Semoga Allah memampukan saya
untuk bisa melakukan apa yang sudah saya tulis ini.
Sukabumi, 3 Februari 2017
Dalam dinginnya Sukabumi
Langganan:
Postingan (Atom)